MENGUAK
HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI DA’I DAN MAD’U
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk Alloh SWT yang
paling sempurna. Dibandingkan dengan makhluk Alloh SWT yang lain seperti jin,
malaikat, dan hewan. Manusialah yang paling unggul diantara mereka. Jin hanya
di beri afsu oleh Alloh SWT, begitu juga dengan hewan,dia hanya diberi nafsu
saja, lain halnya dengan malaikat, dia hanya diberi akal saja tanpa nafsu.
Tetapi manusia di beri Alloh SWT nafsu dan akal, karna kelebihan inilah manusi
di beri beban tugas yang sangat berat, dia di bebani sebagai kholifah fil ard
Sebagai kholifah fil ard yang mempunyai
nafsu dan akal, manusia di tugaskan untuk menyembah Alloh SWT. Dari zaman Nabi
Adam A.S. sampai pada zaman Nabi Muhammad SAW terjadi proses penyampaian
informasi tentang pengesaan Alloh SWT oleh Da’i dan proses penerimaan informasi
tentang ke-Esaan Alloh SWT oleh mad’u.
Seorang da’i hanya berkewajiban untuk
menyampaikan informasi (mengenai tauhid) kepada mad’u saja. Soal penerimaan
dari mad’u itu rusan Alloh SWT
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas. Maka
penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut
1.
Apa pengertian da’i dan mad’u?
2.
Apa tugas seorang da’i?
3.
Bagaimana gambaran umum seorang mad’u?
C.
Tujuan
penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas. Maka
penulis membuat tujuan penulisan sebagai berikut
1.
Memahami pengertian da’i dan mad’u
2.
Mengerti tugas seorang da’i
3.
Mengetahui gambaran umum seorang mad’u
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Da’i dan Mad’u
Da’i
berasal dari bahasa arab da’a yang artinya mengajak atau menyeru da’i merupakan
isim fail yang artinya orang yang mengajak. Dalam ilmu dakwah da’i berarti
orang yang mengajak mad’u kepada jalan Alloh SWT dengan menggunakan strategi
atau metode dakwah tertentu. Banyak metode dalam berdakwah yang dapat digunakan
oleh da’i agar proses dakwah itu berjalan efisien. Film, buku, tauladan yang
bagus, seruan kepada kebaikan, Internet facebook, adalah sebagian kecil dari
berbagai sarana yang dapat di gunakan oleh da’i dalam berdakwah. Tentunya agar
proses dakwah yang dilakukan da’I berjalan efisien dan mengena kepada mad’u.
haruslah seorang da’i dalam berdawah menggunakan metode bil hikmah.
Sedangkan
pengertian mad’u adalah orang yang diajak, mad’u merupakan isim maf’ul yang
berposisi sebagai objek, yakni objek dakwah. Jadi, mad’u berarti orang muslim
atau non muslim yang menjadi objek atau sasaran dalam berdakwah yang dilakukan
oleh da’i.
Mad’u
muslim berarti orang-orang islam yang di seru atau di ajak atau di bimbing oleh
da’i agar lebih memahami dan lebih mengerti ajaran agama islam dan cara
mengesakan Alloh SWT, sedangkan mad’u non muslim berarti orang-orang non islam
yang diseru atau diajak oleh da’i untuk di perkenalkan oleh agama Islam dan
Alloh SWT sebagai tuhan alam semesta. Mereka diajak masuk Islam dan mengesakan
Alloh SWT.
B. Tugas Seorang Da’i
Berdakwah
hukumnya wajib bagi setiap muslimin muslimat yang telah baligh. Jadi, kita
sebagai seorang muslim yang sudah baligh. Berkewajiban mengajak (berdakwah)
kepada masyarakat kepada kebaikan. Berdakwah tidak hanya di lakukan dengan
jalan berpidato atau berceramah di atas panggung. Tetapi dakwah akan lebih
efisien (mengena kepada mad’u) jika di lakukan dengan hikmah.
Firman
Alloh SWT.
Yang
artinya: Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan jalan yang baik.[1]
Ayat
ini menerangkan bahwa kita di wajibkan berdakwah dengan cara hikmah dan
pelajaran yang baik dan membantah orang-orang yang menentang Islam dengan cara
yang baik. Maksud dari hikmah di ayat ini adalah dakwah yang dilakukan oleh
da’i haruslah sesuai dengan kondisi masyarakat tersebut, yakni harus sesuai
dengan audiens (mad’u), dan harus menyakinkan kepada mad’u. maksud dari yang
pertama adalah seorang da’i dalam berdakwah haruslah mengerti kebiasaan, dan
keadaan mad’u tersebut, agar dalam penggunaan metode berdakwah dapat
disesuaikan dengan kondisi masyarakat, sedangkan maksud dari yang kedua adalah
seorang da’i haruslah lebih unggul dalam segi keilmuannya agar dalam
penyampaian materi dakwah, da’i tidak diremehkan oleh mad'u da da’i dapat
meyakinkan pada mad’u.
Dakwah
yang di lakukan oleh da’I, seyogyanya bukan sebagai penaklukan, yang artinya, seorang
da’I melakukan sebuah doktrinasi pengetahuan kepada mad’u sehingga mad’u merasa
mendapat grojokan ilmu pengetahuan dari da’I dan akhirnya da’I tersebut mendapatkan
umat atau pengikut yang banyak, tapi, seyogyanya dakwah itu dilakukan dari hati,
yakni membimbing umat untuk menjadi bertambah baik, yang di lakukan dengan hikmah.
C. Gambaran umum seorang mad’u
Mad’u
atau audiens memiliki berbagai karakter, seorang da’i yang baik haruslah
mengerti kondisi mad’unya, da'i tidak dapat memaksa mad’u agar mau menerima
dakwahannya, tetapi da’i haruslah menyesuaikan metode dakwahnya agar apa yang
di dakwahkannya dapat diterima oleh mad’u dengan ikhlas dan lapang dada.
Sifat-sifat
atau karakter mad’u pada garis besarnya dapat digolongkan menjadi empat, yaitu:
1.
Mad’u dengan karakter besok makan siapa.
2.
Mad’u dengan karakter besok makan dimana
3.
Mad’u dengan karakter besok makan apa
4.
Mad’u dengan karakter besok makan apa
lagi ya
Mad’u
dengan karakter besok makan siapa, penulis contohkan adalah seorang pedagang
yang tidak jujur, hari ini dalam berdagang, dia telah menipu andaikan 10 orang
pelanggannya, dan besok siapa lagi yang akan dia tipu lagi, itu artinya besok
siapa lagi yang akan pedagang itu makan,
Sedangkan
mad’u dengan karakter besok makan dimana, penulis contohkan adalah seorang yang
miskin yang tidak menentu tempat tinggalnya, dimana besok dia makan itu menjadi
beban baginya, mirip dengan karakter mad’u besok makan apa, penulis juga
mencontohkan seorang yang miskin yang tidak tahu apa yang besok dapat dia
makan, dan mad’u dengan karakter besok makan apa lagi ya, penulis contohkan
sebagai seorang yang kaya yang suka berfoya-foya.
Mad’u
dengan karakter-karakter seperti ini menjadi PR untuk seorang da’i dalam
menentukan metode apa yang cocok dengan karakter mad’u tersebut, agar
penyamoaian dakwah dapat bejalan efisien.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Ø Da’i
adalah orang yang mengajak mad’u kepada jalan Alloh SWT dengan menggunakan
strategi atau metode dakwah tertentu.
Ø mad’u
adalah orang muslim atau non muslim yang menjadi objek atau sasaran dalam
berdakwah yang dilakukan oleh da’i.
Ø Berdakwah
hukumnya wajib bagi setiap muslimin muslimat yang telah baligh. Jadi, kita
sebagai seorang muslim yang sudah baligh. Berkewajiban mengajak (berdakwah)
kepada masyarakat kepada kebaikan
Ø Sifat-sifat
atau karakter mad’u pada garis besarnya dapat digolongkan menjadi empat, yaitu:
Ø Mad’u
dengan karakter besok makan siapa.
Ø Mad’u
dengan karakter besok makan dimana
Ø Mad’u
dengan karakter besok makan apa
Ø Mad’u
dengan karakter besok makan apa lagi ya
B. Saran
Demikian persembahan makalah dari penulis, penulis sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk mempersembahkan yang terbaik, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam
memahami materi hakikat manusia sebagai da’i dan mad’u
DAFTAR PUSTAKA
Afandi
Sholeh Ahmad, Abadiyah Faizatul, makalah pola kebijaksanaan dakwah dan rukunnya
(kranji, 2014)
[1]
Afandi Sholeh Ahmad, Abadiyah Faizatul, makalah pola kebijaksanaan dakwah dan
rukunnya (kranji, 2014). Halaman 3.
di perbolehkan
untuk mengkopi dan menjadikan artikel ini sebagai referensi dan yang lainnya.
dengan syarat
harus menyertakan catatan kaki dari alamat blog ini dan tolong ya, transver
pulsa 1000 rupiah ke nomor 085708860032. terimasih sobat yang sudah berbaik
hati.
jika kedua
syarat itu terpenuhi, maka halal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar